MUNASABAH AL-QUR-AN
Oleh Kelompok 11
A.
Pendahuluan
Al-Qur’an adalah
kalam Allah yang sekaligus merupakan mukjizat, yang diturunkan kepada Muhammad
SAW yang disampaikan kepada umat manusia secara langsung (al tawatur) dari Rasul kepada umatnya yang kemudian termaktub dalam
mushaf. Kandungan pesan Ilahi yang
disampaikan nabi pada permulaan abad ke-7 itu telah meletakkan basis untuk
kehidupan individual dan sosial bagi umat Islam dalam hal segala aspeknya.
Al-Qur’an berada tepat di jantung kepercayaan muslim dan berbagai pengalaman
keagamaannya. Tanpa pemahaman Al-Qur’an, kehidupan kaum muslimin dan muslimat
baik aspek pemikiran maupun kebudayaan pasti akan sulit untuk dipahami.
Adanya pengetahuan
tentang korelasi (munasabah) ini
berawal dari kenyataan bahwa sistematika Al-Qur’an sebagaimana terdapat dalam
Rasm Utsmani sekarang tidak berdasarkan pada kronologis turunnya, itulah
sebabnya terjadi pebedaan pendapat di kalangan kaum ulama salaf tentang urutan
surah dalam Al-Qur’an. Pendapat tersebut ialah, pertama bahwa hal itu didasarkan pada tauqifi atau berasal dari nabi. Kedua,
berpendapat bahwa hal itu didasarkan pada ijtihad. Kehadiran Al-Qur’an dan misi
risalah Nabi Muhammad SAW yang selalu mengundang perhatian berbagai pihak untuk
mengundang perhatian berbagai pihak untuk mengadakan studi. Aspek kajiannya
terus berkembang baik dari aspek ilmiah maupun aspek non ilmiah.
Melihat latar
belakang tersebut, penyusun berniat memaparkan sebuah materi mengenai munasabah Al-Qur’an. Sebenarnya apa
pengertian atau definisi dari munasabah Al-Quran?
Apa saja macam-macam dari munasabah Al-Qur’an
itu sendiri? Lalu apa saja kegunaan atau urgensi dalam mempelajari munasabah Al-Qur’an? Dalam makalah ini
penyusun akan menjelaskan secara mendetail.
B.
Pembahasan
1.
Pengertian Munasabah Al-Qur’an
Kata munasabah secara
etimologi, menurut As-Suyuthi berarti al-musyakalah
(keserupaan) dan al-muqarabah (kedekatan).
Tanasub dan munasabat
berasal dari akar kata yang sama, yaitu al-munasabat,
al-muqarabah, al-musyakalah mengandung arti berdekatan, bermiripan, atau keserupaan. Dalam hal ini keserupaan dan kedekatan dari segi
Al-Qur’an. Dengan kata lain, munasabah
dapat diartikan sebagai macam-macam
hubungan dan persambungan serta kaitan dari ayat-ayat al-Qur’an yang satu
dengan yang lain dan antara surah Al-Qur’an
yang satu dengan yang lain dalam berbagai bentuk persesuaian dan persambungan.
Menurut
pengertian terminologi, munasabah dapat didefenisikan sebagai berikut:
a.
Menurut
Az-Zarkasyi
سخيف هو الشيء الذي لا يمكن فهمه.
عندما واجه السبب، لا بد من قبول هذا السبب.
Artinya: Munasabah adalah suatu hal yang dapat
dipahami. Tatkala dihadapakan kepada akal, pasti akal itu akan menerimanya.[1]
b.
Menurut
Manna’ Al-Qathan
سخيف هو الرابط بين بعض العبارات في فقرة، أو بين الفقرات في بضع فقرات، أو
بين الحروف
Artinya: Munasabah adalah sisi keterikatan antara
beberapa ungkapan didalam suatu ayat, atau antar ayat pada beberapa ayat, atau
antar surat (didalam Al-quran).
c.
Menurut
Ibnu Al-‘Arabi
سخيف هو
المرفق إلى آيات من القرآن الكريم حتى كما لو أنه هو تعبير عن أن لديها وحدة
المعنى وتحرير النظام. سخيف هو العلم الذي هو كبير.
Artinya: Munasabah adalah keterikatan ayat-ayat
Al-quran sehingga seolah-olah merupakan satu ungkapan yang mempunyai kesatuan
makna dan keteraturan redaksi. Munasabah merupakan ilmu yang sangat agung.
d.
Menurut
Al-Biqa’i
Munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui
alasan-alasan dibalik susunan atau urutan bagian –bagian Al-quran, baik ayat
dengan ayat, atau surat dengan surat.[2]
Cara mengetahui munasabah
dapat dilakukan dengan hal-hal di bawah ini:
a.
Harus
diperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek pencarian.
b.
Memperhatikan
uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat.
c.
Menentukan
tingkatan uraian-uraian itu, apakah ada hubungannya atau tidak.
d.
Dalam
mengambil kesimpulannya, hendaknya memperhatikan ungkapan-ungkapan bahasanya
dengan benar dan tidak berlebihan.
2.
Macam- Macam Munasabah Al- Qur’an
a.
Munasabah
dari segi sifat atau keadaan
1) Zhahir
al-ithibath (jelas)
Persesuain
antara bagian ayat al-qur’an yang satu dengan yang lain tampak jelas dan
kuat. Karena begitu kuatnya kaitan antara keduanya, sehingga yang satu tidak
dapat menjadi kalimat yang sempurna jika dipisahkan dengan kalimat yang
lainnya.[3] Q.S. Ali ‘Imron ayat 134: hubungan antara ayat 134
dan 135 tampak jelas. Masing-masing merupakan ciri-ciri orang yang bertakwa.
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤) وَالَّذِينَ
إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا
لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا
فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (١٣٥).
134. (yaitu)
orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang lain. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.
135. Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri
sendiri, segera mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan
siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosanya selain Allah? Mereka pun tidak
meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.
2) Kyafiyyu
al-irtibath (tidak jelas)
Kolerasi
antara bagian ayat al-qur’an yang tidak tampak secara jelas, seakan-akan
masing-masing ayat itu berdiri sendiri karena ayat yang satu di’athaf-kan kepada
yang lain.[4]
Q.S. Al Baqoroh ayat
189-199 :
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ
وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَكِنَّ الْبِرَّ
مَنِ اتَّقَى وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ (١٨٩)
ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (١٩٩)
189. Mereka
bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit adalah penunjuk
waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji.” Dan bukanlah suatu
kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan adalah
kebajikan orang yang bertakwa. Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
199. Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang-orang
banyak bertolak (‘Arafah) dan
mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Dijelaskan pada ayat 189 bahwa bulan
tsabit yang merupakan
tanggal sebagai tanda waktu untuk jadwal pelaksanaan
haji. Sedangkan pada
ayat 199 pada dasarnya pada saat haji itu umat islam
dilarang menumpahkan darah (berperang), tetapi jika mereka diserang terlebih
dahulu oleh musuh, maka serangan tersebut harus dibalas walaupun pada musim
haji.
b. Munasabah dari segi materi
1) Munasabah antara ayat al-qur’an
Merupakan
hubungan antara ayat yang satu dengan yang lainnya.
Mencari munasabah dalam
sisi hubungan (‘athaf) dibagi
menjadi:
a) Munasabah
secara langsung (menggunakan huruf ‘athaf) yaitu dua makna yang mengandung
satu segi yang dapat
disinkronkan, sehingga sehingga keduanya sesuai dan serupa walaupun tidak
sejenis. Dijelaskan dalam Q.S. Al
Baqoroh: 102.[5]
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ
عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا
يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ
وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ
فَلا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ
وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ
مَا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي
الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
(١٠٢)
102.Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa
kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu melakukan sihir),
padahal Sulaiman tidak kafir, tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka
mengajarkan sihir kepada manusia dan
apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babil Yaitu
Harut dan Marut, padahal keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seseorang
sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu
janganlah kamu kafir.” Maka
mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu sesuatu yang dapat memisahkan antara
seorang (suami) dengan istrinya. Mereka (ahli sihir) tidak akan dapat
mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka
mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka.
Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa yang menukar (kitab Allah) dengan
sihir itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh,
sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu.
b) Munasabah
secara tidak langsung (tidak menggunakkan
huruf ‘athaf) yaitu menurut al-zarkasyi, mempunyai
sandaran yang mengisyaratkan adanya hubungan kalimat “al-qarinah al-maknawiyyah”.[6]
Untuk itu ada beberapa
kategori sebagai berikut :
(a) Tanzhir
(penyetaraan) merupakan munasabah ayat yang serupa.
Q.S. Al-Anfal : 4-5
﴾٤) أولٸك هم الموء منون حقا لهم
درجات عند ربهم ومغفرة ورزق کریم
" Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rizki
yang mulia"
﴾٥﴿ کما أخرجك ربك من بیتك بالحق وإن فریقا من
الموءمنون لکا رهون
" Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran,
padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak
menyukainya"
(b) Mudladdah
(kontradiksi) yakni munasabah yang terjadi antara ayat yang mencerminkan
pertentangan.
Q.S.Al-Baqarah :
5-6
(٥﴿ أولٸك علی هدی من ربهم وأولٸك هم المفلخون
" Mereka itulah yang tetap
mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang beruntung"
﴾٦﴿ إن الذین کفروا سواء علیهم ءأنذرتهم أم لم تندرهم لا یوء منون
" Sesungguhnya orang-orang kafir sama saja bagi mereka, kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman"
(c) Istithrad
merupakan kaitan antara persoalan satu dengan lainnya.
Q.S. Al A'raf :
26-27
﴾٢٦﴿ یابنی
أدم قد أنزلنا علیکم لبا سا یواری سواتکم وریشا ولباسالتقوی ذلك خیر...
"Wahai anak Adam, sesungguhnya kami
telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik..."
﴾٢٧﴿ کما أخرج أبویکم من
الجنة ینزع عنهما لبا سهما لیریهما سوا تهما..
" Sebagaimana ia (syetan) telah mengeluarkan
kedua ibu bapaknya dari surga, ia meninggalkan dari keduanya pakaiannya untuk
memperlihatkan auratnya.."
Contoh lain dalam ﴾ص : ٥٤-٥٥﴿
﴾٥٤﴿ ن هذا لرز قنا ما له من نفاد
" Sesungguhnya ini adalah
benar-benar rizki dari kami yang tiada habis-habisnya. Beginilah (keadaan
mereka)"
﴾٥٥﴿ هذا وإنّ للطا غین لشرماب
" Dan sesungguhnya bagi orang-orang
yang durhaka benar-benar (disediakan) tempat kembali yang buruk"
(d) Takhallush
yakni bentuk perpindahan dari satu pembicaraan ke yang lain untuk membangkitkan
semangat dan perasaan pembaca atau pendengar dengan sipisahkan oleh lafadz “hadza"
Dalam Q.S.ص : ٤٩) هذا ذکر وإن للمتقین لحسن ماب
"Ini adalah kehormatan ( bagi mereka ). Dan sesungguhnya bagi orang-orang
bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik"[7]
(e) Takhallush
dalam bentuk lain, yaitu perpindahan pmbicaraan topik semula kesuatu maksud
tertentu dengan sedemikian rupa, sehingga pembaca atau pendengar tidak mersakan
adanya perpindahan tersebut.
Q.S. Al A' raf :156
قال عذا بی أصیب به من أشاء
ورحمتی وسعت کل شیء فسأ کتبها للذین یتقون ویوءتون الزکاة والذین هم بایاتنا
یوءمنون
Allah berfirman : Siksaku akan kutimpahkan
kepada siapa saja yang aku kehendaki, dan rahmatku meliputi segala sesuatu.
Maka akan aku tetapkan rahmatku untuk orang-orang yang bertakwa, yang
menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami"[8]
2) Munasabah antara surah al-qur’an
Merupakan persesuaian yang satu dengan
yang lain.
(a) Munasabah antar nama surah
Antara nama surah
dengan nama surah sesudahnya atau sebelumnya terdapat hubungan makna. Contohnya
adalah surah 23 (Al Mukminun: orang-orang yang beriman), surah 24 (An-Nur:
cahaya), dan surah 25 (Al-Furqon : pembeda).
(b) Munasabah antar kandungan surah secara
global dengan surah berikutnya
Misalnya,
kandungan surah Al-Baqarah dengan Al-Fatihah. Keduanya memiliki akidah, ibadah,
mu'amalah, kisah, dan janji serta ancaman.[9]
(c) Munasabah antar awal surah dengan akhir
surah
Surah Al-Baqarah misalnya,
dimulai dengan masalah Al-Quran sebagai petunjuk bagi orang-orang beriman dan
juga beriman kepada kitab suci terdahulu. Pada bagian akhirnya surat ini
tentang keimanan Rasulullah SAW dan orang-orang beriman kepada kitab suci yang
diturunkan kepada nabi yang tedahulu.
(d) Munasabah antar akhir surah dengan awal
surah berikutnya
Semua akhir surah
itu berhubungan dengan awal surah berikutnya walaupun sudah dipisah dengan
basmalah.
Dalam segi Huruf Q.S.Al Fiil :
5
فجعلهم کعصف
مأکول
Lalu dia
menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat”
Kemudian dilanjut dengan Q.S.Al Qurasyi: 1
لإیلاف قریش
”Karena kebiasaan orang-orang
Quraisyi”
Dalam segi Makna Q.S.Al-Maidah
:120
للّه ملك السموات والأرض وما فیهن وهو علی کل شیء قدیر
" Kepunyaan allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
dalamnya, dan dia maha kuasa atas segala sesuatu”
Surah al- an'am : 1
الحمدﷲ الذی خلق السموات والأرض
وجعل الظلمات والنور
“Segala puji bagi allah yang telah mencapai langit dan bumi, dan
mengadakan gelap dan terang”
(e) Munasabah awal surah yang terdiri dari
huruf-huruf terpisah (al-ahruf
al-muqaththa’ah) dengan
huruf-huruf dalam surah yang sama. Dalam hubungan Al-Suyuthiy, surah - surah yang diawali
dengan also-ahruf al-muqathatha'aha
menandakan bahwa huruf dan kata yang terdapat didalam surah tersebut didominasi
oleh huruf-huruf pembukanya itu, mulai dari surah Al Baqarah, Al 'Imron, Al
A'raff, Yunus, dan seterusnya. [10]
3.
Urgensi dan Kegunaan Mempelajari Munasabah
Sudah sewajarnya, kita sebagai umat Islam harus
mempelajari Al-Qur’an. Bukan hanya membaca saja, tetapi kita wajib harus
mengetahui apa arti dan sebab-sebab (asbab
an-nuzul) turunnya ayat tersebut. Sebagaimana an-nuzul, munasabah
sangat berperan dalam mempelajari Al-Qur’an. Karena itu mempelajari munasabah juga tak kalah penting bagi
kita umat Islam.
Mengenai kegunaan ilmu munasabah dapat dijelaskan dalam uraian berikut:
a)
Dapat mengembangkan bagian anggapan orang bahwa
tema-tema Al-Qur’an kehilangan relevansi antara satu bagian dan bagian yang
lainnya.
b)
Mengetahui antar persambungan/ hubungan antara bagian
Al-Qur’an, baik antara kalimat atau antar ayat maupun antar surat.
c)
Dapat diketahui mutu dan tingkat ke-balaghah-an bahasa
Al-Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lain, serta
persesuaian ayat atau surat yang satu dari yang lain.
d)
Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an
setelah diketahui hubungan suatu kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat
yang lain.[11]
e)
Mempermudah pemahaman Al-Qur’an.
f)
Membantu menfsirkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah
diketahui hubungannya.
g)
Menolak tuduhan bahwa susunan Al-Qur’an itu kacau.[12]
C.
Kesimpulan
1.
Secara etimologi, munasabah
berarti al-musyakalah (keserupaan)
dan al-muqarabah (kedekatan).
2.
Secara terminologi, munasabah diartikan oleh beberapa ahli Ulumul Quran, yaitu:
a.
Menurut
Az-Zarkasyi: “Munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami. Tatkala
dihadapakan kepada akal, pasti akal itu akan menerimanya.”
b.
Menurut
Manna’ Al-Qathan: “Munasabah adalah sisi keterikatan antara beberapa ungkapan
didalam suatu ayat, atau antar ayat pada beberapa ayat, atau antar surat
(didalam Al-quran).”
c.
Menurut
Ibnu Al-‘Arabi: “Munasabah adalah keterikatan ayat-ayat Al-quran sehingga
seolah-olah merupakan satu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan
keteraturan redaksi. Munasabah merupakan ilmu yang sangat agung.”
d.
Menurut
Al-Biqa’i: “Munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan
dibalik susunan atau urutan bagian-bagian Al-quran, baik ayat dengan ayat, atau
surat dengan surat.”
3.
Macam-macam
munasabah dibedakan menjadi dua segi,
yaitu:
a. Munasabah dari segi sifat atau keadaan, yang terbagi menjadi Zhahir al-ithibath
(jelas) dan Kyafiyyu al-irtibath
(tidak jelas).
b.
Munasabah
dari segi materi, yang
terbagi menjadi Munasabah
antara ayat al-qur’an dan
Munasabah
antara surah al-qur’an.
4.
Urgensi mempelajari munasabah Al-Qur’an
a.
Dapat mengembangkan bagian anggapan orang bahwa
tema-tema Al-Qur’an kehilangan relevansi antara satu bagian dan bagian yang
lainnya.
b.
Mengetahui antar persambungan/ hubungan antara bagian
Al-Qur’an, baik antara kalimat atau antar ayat maupun antar surat.
c.
Dapat diketahui mutu dan tingkat ke-balaghah-an bahasa
Al-Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lain, serta
persesuaian ayat atau surat yang satu dari yang lain.
d.
Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an
setelah diketahui hubungan suatu kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat
yang lain.
e.
Mempermudah pemahaman Al-Qur’an.
f.
Membantu menfsirkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah
diketahui hubungannya.
g.
Menolak tuduhan bahwa susunan Al-Qur’an itu kacau
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rohison. 2007. Ulum Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Rahmawati,
M. Gufron. 2017. Ulumul Qur’an: Paktis
dan Mudah. Yogyakarta: Kalimedia.
Usman. 2009. Ulumul Qur’an.
Yogyakarta: Teras.
[12] M. Gufron dan Rahmawati, Ulumul Qur’an: Paktis dan Mudah, (Yogyakarta: Kalimedia, 2017),
hlm. 95.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar